Selasa, 19 Desember 2017

SUSAH SENANG JADI GURU HONORER

Pejabat Teras



Setelah lulus S1 cari kerja memang susah. Nggak mungkin kampus menjamin seluruh mahasiswanya setelah lulus kuliah lalu dapat kerja yang mapan gaji yang sesuai.

Alumni mahasiswa jurusan PAI setelah lulus kuliah di tuntut untuk menjadi guru agama. Idealnya memang begitu. Namun ada beberapa mahasiswa jurusan pai lulus tidak mengajar sebagai guru agama. Ada yang lulus lalu bisnis bukak warung kopi, ada yang bisnis jualan es krim, ada juga yang kerja di percetaka konfeksi kaos. Ini yang menjadi problem setelah lulus kuliah. Pendidika bukannya memberikan pekerjaa yang sesuai lantaran profesi sebagai guru honorer gajinya sangat minim sekali. Bahkan untuk biaya hidup bahkan kurang dari cukup. Kalu buruh dapat yang namanta UMK tapi sedangkan guru apakah dapat UMG? Ini yang menjadi kurangnya perhatian terhadap mahalnya ilmu.

Memang kita di tuntut untuk bersyukur atas gaji yang diperoleh. Tapi gimana mau bersyukur kalu kenyataanya untuk makan aja susah, apalagi kalu sudah berrumah tangga kebutuhan istri kebutuhan anak harus tercukupi. Untuk berfikir lebih sehat lagi seharusnya profesi guru honorer yang gajinya sedemikia kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri maka jangan terlebih dahulu berkeluarga. Ketika ingin berkeluarga maka tunggulah profesi seorang guru honorer di angkat sebagai guru pegawai atau paling tidak sebagai guru sertifikasi lah. Tapi di balik susahnya sebagai guru honorer ada enaknya juga.

Dalam sebuah lembaga pendidikan pasti ada banyak rekan guru, yang senasib dan seperjuangan. Jadi pasti ada yang namanya kekeluargaan, kebersamaan, susah senang bersama. Saat ada yang membutuhkan pasti ada yang membantu, utamanya pada guru yang punya rasa belaskasih dan rasa kepedulian yang kuat biasanya suka berbagi. Ini yang menjadi kesenangan bersama sebagai seorang guru honorer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ust. Sidiq Nugroho