Kamis, 29 November 2018

Bintaraloka ladang amal dan ilmu


Guru Bintaraloka
        Sudah hampir beberapa bulan ini merasakan perbedaan suasana mengajar di SMP dengan suasana mengajar di SD. Awal tahun pelajaran baru 2018/2019 saya berpindah mengajar dari Sekolah dasar ke Sekolah Menengah Atas. Bermula alasan saya kenapa berpindah tempat mengajar karena dulu saat mengajar di SD sangat jauh tempatnya dengan Asrama tempat tinggal mungkin sekitar 10 km jaraknya. alasan yang lain juga kenapa saya pindah mengajar karena pengen menambah wawasan ilmu dan mengenal karakter anak. Dan Alhamdulillah atas izin Allah swt saya diizinkan dan ditakdirkan pindah disalah satu sekolah terfavorit di kota Malang. Namun selama ini disela-sela saya mengajar setalah lulus S1 saya melanjutkan studi lagi ke tahap pascasarjana. pada akhirnya sampai sekarang studi pasca sarjana masih pada tahap tugas akhir atau tesis dan Alhamdulillah studinya molor. Memang kalau sudah lulus kuliah jurusan pendidikan apa lagi jurusannya dituntut menjadi guru maka harus lah diamalkan ilmunya. kalau toh lulus S2 juga mungkin atas izin Allah saya akan mengamalkan ilmu saya dan akan menjadi dosen disalah satu kampus terkenal. insyaAllah dan Amin.

      Kebutuhan mengajar dari lulusan jurusan pendidikan memang sudah sepantasnya harus mengamalkan ilmunya. pengamalan ilmu dalam sebuah lembaga pendidikan memang secara teknis penerapannya berbeda. mulai dari mengajar anak SD itu ternyata karakternya anak SD itu setiap apa yang mereka lakukan harus dipantau oleh guru. dan memang tugasnya dirasa sangat amat berat mengajar di SD. berbeda dengan mengajar anak SMP, mereka cenderung sudah agak mandiri dan tidak begitu sering didampingi oleh guru, meskipun pendampingan itu jangan sampai lalai karena mereka masih lah anak-anak menginjak remaja dan memiliki keperibadian labil. sedikit beberapa perbedaan karakter yang saya ketahui dari anak SD dan anak SMP.

          Pindah tempat mengajar dari SD ke SMP dan jadilah sebagai orang asing di pandangan guru-guru SMP. disitu mulailah saya merangkul orang-orang dan bercengkrama serta beradaptasi dari 50 guru di sekolah tersebut. Mulailah nampak berbagai karakter yang berbeda-beda, ada yang karakternya idealis alias kaku dalam berfikir dan juga ada yang karakternya realis idealis atau seimbang ada yang sering mengeluh masalah gaji dan ada yang tidak punya perasaan dengan nasibnya guru gtt pengennya mereka menuntut untuk sama seperti PNS. dari situlah saya mengenal berbagai macam karakter guru dan semua saya ajak kenalan dan saya dekati satu-satu. berbeda dengan SD yang jumlah gurunya hanya 20. Memang yang menjadi kunci pertama dalam sekolah baru atau tempat bekerja baru adalah bagaimana bisa menempatkan badan atau istilah jawanya adalah nepakno awak. Apabila badan ini sudah bisa ditempatkan dengan baik maka orang yang ememandang akan suka, lah caranya bagaimana yaitu dengan akhlak yang baik sopan santun selalu senyum, menyapa, dan salam. Namun dalam lubuk hati yang paling dalam sebenernya perasaan ini berkata kalau saya tidak akan lama lagi di sini atau di SMP ini karena mungkin saya masih ada peluang untuk lebih sukses lagi. InsyaAllah setelah lulus S2 menjadi dosen yang ahli dalam penelitian. kalau semboyannya hidup adalah harus bergerak maka saya akan bergerak lincah karena saya masih muda dan tidak boleh loyo.

          Mungkin dari pesan yang saya tulis secara tidak langsung ini saya berharap mudah-mudahan ada yang membaca. karena hidup adalah harus mampu bermanfaat bagi yang lainnya atau istilah jawanya urip kui urup. mungkin hanya ini saja yang dapat saya tulis kurang lebihnya mohon ma'af dan trimakasih.  

Selasa, 02 Januari 2018

GURU DIGUGU LAN DIRUMAT

Profesi sebagai seorang guru bukanlah mudah untuk dijalani. Sebagai seorang guru harus jujur berbakti dan memang kadang makan hati. Perjalanan awal melangkah di dunia pendidikan harus dimulai dari nol. Seperti membeli bensin juga sama mulai dari enol ya mas, mulai dari nol ya mbak...... 

Pekerjaan guru yang susah ketika dihadapkan pada gaji atau honor, mungkin banyak orang yang mengatakan masalah gaji itu sudah ada yang menentukan jadi nggak usah khawatir, jangan khawatir umtuk mencukupi kebutuhan makan, jangan khawatir untuk mencukupi kebutuhan sandang, kebutuhan anak, kebutuhan istri, kebutuhan keluarga. Namun bagi saya sendiri menjadi guru yang belum menikah ini, berat kalau difikir seperti itu dibandingkan dengan realita yang dijalani sungguh amat njomplang bertolakbelakang dengan harapan yang disampaikan. Tapi yang saya yakini bahwa Allah itu tidak menentukan gaji kita, tetapi Allah menentukan rezeki kita. ingat rizki sebagai seorang guru Honorer ini tidak hanya diperoleh dari gaji mengajar, tapi sebenarnya rizki yang diperoleh melainkan dari usaha lain yang membuahkan hasil. Jadi jangan harap kalau menjadi seorang guru itu banyak uangnya tapi banyak persen rizki kata Rasulullah itu diperoleh dari berdagang atau berbisnis. 
Jadi solusinya guru memang harus memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah kebutuhan sehari-harin. 

Ladang sedekah dari guru maksudnya adalah pahala yang didapat dari mengajar, bukan ladang sedekah itu berupa materi atau uang. jadi terserah kalau pengen punya suami atau istri yang profesinya guru honorer silahkan, jangan mengharapkan hidup bermewahan kalau pengen menjadi istri dari seorang guru Honorer, karena honornya kurang cukup unruk makan untuk kebutuhan sehari-hari.  

Kadang sebagai guru Honorer itu ya ada susahnya juga, susahnya itu kadang diuji saat mengajar antara jujur dalam mengajar dan kadang kehilangan niat untuk mengajar karena terfikirkan dengan uang. kadang saya juga berfikir kenapa kok harus mengajar ngotot-ngotot la wong bayarannya cuman segitu, dan toh juga dibuat nyantai aja kan enak........ nasib memang hidup sebagai guru honorer. 

Yaah kita cuman berharap kewelasan dari pemerintah supaya diperhatikan nasib kita ini sebagai guru Honorer yang terlalu lama berfikir untuk kapan biasa diangkat menjadi pegawai dan kapan gajinya disesuaikan dengan UMK.... pertanyaan yang mengharap ini semoga didengar oleh bapak pemimpin bangsa ini, saya yakin kalau peduli dengan pendidikan pasati profesi apapun sebagai seorang guru pasti dihargai. Bukan malah digantungkan seperti ini. dan ini berat dijalankan kalau akan melamar anaknya orang bisa bisa ditolak dan nikahnya ini kapan jadinya..

Rabu, 20 Desember 2017

Prof. Mahfud MD

       Seperti yang di bilang oleh prof. Mahfud MD "wa la taqrobu zina innahu kana fakhisyah" jangan berdekat-dekat dengan zina karena zina itu perbuatan keji. Seperti itu yg di bilang oleh prof. Mahfud. Beliau menekankan bahwa dalil ini sangat penting. Jadi karena dalil ini ada orang yang jadi gagal faham ngawur dalam bertanya, mungkin karena pemikirannya dangkal "al-fikru ala shathhy" melihat sesuatu kamudian menilainya tanpa ada pemahaman.

    Jadi ada orang yang bertanya. zina itu kan urusan pribadi sendiri, kenapa harus di larang? dia mengungkapkan sebuah dalil amar ma'ruf nahi mungkar tidak ada dalil yang mengatakan amar ma'ruf nahi fakhsya' katanya. Orang ini ngawur kata prof Mahfud. Zina itu di larang sangat-sangat dilarang, kan di dalam al-qur'an itu sudah jelas dan ada laranganya "innallaha ya'muru bil adli walihsan waitaidzil qurba wayanha anilfahsya......." sudah jelas kan jadi fahsya itu di larang. Artinya zina itu juga dilarang. Ini yang menjadi kesalahan dalam berargumen kalau memahaminya hanya setengah"

Selasa, 19 Desember 2017

SUSAH SENANG JADI GURU HONORER

Pejabat Teras



Setelah lulus S1 cari kerja memang susah. Nggak mungkin kampus menjamin seluruh mahasiswanya setelah lulus kuliah lalu dapat kerja yang mapan gaji yang sesuai.

Alumni mahasiswa jurusan PAI setelah lulus kuliah di tuntut untuk menjadi guru agama. Idealnya memang begitu. Namun ada beberapa mahasiswa jurusan pai lulus tidak mengajar sebagai guru agama. Ada yang lulus lalu bisnis bukak warung kopi, ada yang bisnis jualan es krim, ada juga yang kerja di percetaka konfeksi kaos. Ini yang menjadi problem setelah lulus kuliah. Pendidika bukannya memberikan pekerjaa yang sesuai lantaran profesi sebagai guru honorer gajinya sangat minim sekali. Bahkan untuk biaya hidup bahkan kurang dari cukup. Kalu buruh dapat yang namanta UMK tapi sedangkan guru apakah dapat UMG? Ini yang menjadi kurangnya perhatian terhadap mahalnya ilmu.

Memang kita di tuntut untuk bersyukur atas gaji yang diperoleh. Tapi gimana mau bersyukur kalu kenyataanya untuk makan aja susah, apalagi kalu sudah berrumah tangga kebutuhan istri kebutuhan anak harus tercukupi. Untuk berfikir lebih sehat lagi seharusnya profesi guru honorer yang gajinya sedemikia kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri maka jangan terlebih dahulu berkeluarga. Ketika ingin berkeluarga maka tunggulah profesi seorang guru honorer di angkat sebagai guru pegawai atau paling tidak sebagai guru sertifikasi lah. Tapi di balik susahnya sebagai guru honorer ada enaknya juga.

Dalam sebuah lembaga pendidikan pasti ada banyak rekan guru, yang senasib dan seperjuangan. Jadi pasti ada yang namanya kekeluargaan, kebersamaan, susah senang bersama. Saat ada yang membutuhkan pasti ada yang membantu, utamanya pada guru yang punya rasa belaskasih dan rasa kepedulian yang kuat biasanya suka berbagi. Ini yang menjadi kesenangan bersama sebagai seorang guru honorer.

Selasa, 25 Agustus 2015

B2R (Back To Reality)



Assalamu'alaikum......
             Pagi yang cerah dan indah di hari rabu, seruputan  Torabika cappuccino dan sebatang rokok menemani di pagi hari, saat-saat seperti inilah adalah waktu yang tepat untuk merenung dan berfikir yaitu dengan mengungkapkannya dalam sebuah karya tulis. mungkin dari untaian tulisan ini adalah sebagai bentuk ungkapan perasaan yang tidak sempat di ungkapkan lewat perkataan.

              Ke dua orang tua ku memberi ku nama Ahmad Fajar Zaky Mubarok adalah sebuah nama yang terima jadi pemberian dari kedua orang tua ayah dan ibu. dan Alhamdulillah berkat perjuangan mereka berdua sekarang saya dapat melanjutkan kuliah. tepatnya sekarang semester 7. ini semua adalah berkat jerih payah keringat kedua orang tua, sungguh mulia mereka berdua. mudah-mudahan Allah SWT senantias membalas jerih payah mereka dengan memberikan kesehatan, rezeki yang lancar dan barokah. Amiin

              Tidak lepas dari usaha mereka dalam mendidik dan mengajari anaknya termasuk saya dan juga adik saya. mereka tak lupa senantiasa selalu memberikan nasehat pada anaknya terutama terhadap ku. mungkin bagi saya nasehat itu adalah pengalaman yang pernah dialami beliau tatkala masih muda. diantara nasehat yang beliau katakan pada saya adalah "Senantiasa Menjalani Hidup ini Dengan Realis" nasehat itu terdengar lewat kedua telinga dan sampai pada hati dan pikiran. menurut beliau ayah saya menjalani hidup realis adalah menjalani apa yang sekarang dihadapi dengan menganggapnya sebagai amanah dari Allah yang harus di kerjakan. menjalani hidup yang realis kata beliau adalah tidak menafikkan kenyataan yang dihadapi, dibalik amanah yang harus dikerjakan itu terdapat hikmah yang akan di peroleh. sering beliau ayah saya berkata seperti itu, "harus hidup realis, harus hidup realis". ternyata kalau di angan-angan sebenarnya nasehat itu tidak salah. dibalik kehidupan yang realis ternyata ada nikmat dari Allah swt. berupa tambahan-tambahan yang barokah. dengan semboyan itulah saya analisis sendiri dalam menjalankan kehidupan yang realis awalnya memang sedikit malu tapi ternyata dari malu itu lah dimulainya sebuah kebenaran dan berakhir dengan kebiasaan untuk bersikap, berkata, dan berbuat kejujuran. sehingga hidup ini akan tertata dengan baik dan benar. dan orang yang menafikkan keadaan hidupnya akan terbelenggu pada keadaan yang dialaminya. sehingga menjalani hidup di hantui dengan rasa takut, malu, pesimis dan masih banyak lagi akibatnya.

             Dari situlah saya patut berterimakasih kepada ayah yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat bagi keluarganya. dasar yang beliau pakai adalah ayat al-Qur'an yang berbunyi "Quuu angfusakum wa ahlikum naaaro......." subhanallah begitu baiknya seorang ayah dan ayah yang baik adalah selalu menjadi Tauladan bagi keluarga termasuk anak-anaknya.

Ust. Sidiq Nugroho